Pages

Ads 468x60px

Minggu, 14 Oktober 2012


Mengorek Interelasi Gay dibalik Tembok pesantren
Oleh : moh shiddiq*)
Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia dan kamu meninggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhan untuk-mu, bahkan kamu adalah orang yang melampaui batas.(QS. Asy-syu’ara : 165-166)
Ada sebuah sejarah lama yang nyaris terkubur, yakni tradisi gay yang sempat menggerogoti jiwa kaum Nabi luth. Menghitung secara tematik memang kaum nabi Luth hidup ribuan abad sebelum masehi, jauh dari hiruk-pikuk modernitas yang super canggih. Namun kendati memasuki  abad 21 tak seutuhnya peninggalan nabi Luth sirna dimuka bumi. Sampai detik ini ada segelintir_bahkan lebih_manusia modern memungut sebuah keganjilan tradisi yang diwarisi umat Nabi Luth. Perjuangan untuk mengangkat harkat martabat kaum gay yang terkucilkan dalam tatanan social, secara praktis melahirkan gerakan layaknya emansipasi wanita tahun 90-an hingga Negara maju melegal-formalkan perkawinan sesama jenis dikawasan eropa.
Hal diatas sebenarnya adalah segelintir bukti bahwa ruh dari akar gay masih tumbuh-berkembang dimuka bumi. Dalam sudut pandang Agama, gay merupakan tindakan amat tercela yang dikutuk. Entah itu perspektif Kristen(perjanjian lama) maupun Islam secara yuridis dalam kitab Al-Qur’an. Kedua kitab ini merekam jejak sejarah yang dilakoni kaum Nabi Luth di Negeri Gomorah dan Sodom, dimana mereka dikecam, dicaci. Bahkan mendapatkan adzab pedih tiada tara.  Jelas Agama memaki mereka karena melakukan hubungan tak wajar yang melanggar hak kesusilaan dan memotong regenerasi lahirnya anak adam.
Penulis sendiri merasakan kebimbangan apakah hasrat mencintai lelaki  disebabkan pembawaan sejak lahir atau buatan sendiri. Dalam pada ini, Prof. dr Rodolf Swither menyatakan bahwa secara psikologis pria yang menyukai sesama jenis sebab ketidak-mampuan mereka dalam menerima perbedaan. Wajar bila kemudian mereka menolak kehadiran perempuan disisinya  yang dianggap berbeda dengan keadaan dirinya.
Namun pembahasan akan lebih menarik jika dikaitkan dengan realitas pesantren yang secara eksplisit adalah lembaga sacral dengan memantapkan pemahaman Agama terhadap santrinya. Mungkin hanya ada beberapa tulisan yang mengupas sisi lain keunikan pesantren yang tertutup rapat hingga saat ini. Sebab itulah penulis merasa tertarik untuk melakukan kajian menarik berkenaan sisi nyleneh dari pesantren itu sendiri.
Hal pertama yang kita ketahui bersama bahwa manusia merupakan makhluq berhasrat, manusia dilahirkan dengan kesempurnaan. Dikatakan demikian karena adanya nafsu ammarah dan muthmainnah yang terkandung didalamnya. Keadaan tarik-menarik ini menimbulkan kebimbangan dalam  setiap apa yang dilakukan. Sisi lain manusia dilahirkan untuk berpasang-pasangan, ini memang fitrah yang tak dapat ditolak apapun pangkat dan jabatan yang sedang diemban. Walau begitu adapula kecenderungan psikologis yang berbeda, yang dalam trend umum dikenal dengan istilah gay atau lesbian.
Diakui ataupun tidak, penulis cukup lama mengenyam pendidikan dipesantren, tak ada salahnya bila mendokumentasikan sedikit pengalaman unik yang sempat terlewati. Adapun kejadian ini adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan prilaku suka sesama jenis. Di pesantren kami istilah tersebut dikenal dengan Muye’.sementara di PP.Al-Amien Prenduan disebut badi’(baca : bahasa arab).   
Selama ini pesantren dikenal sebagai tempat transformasi
*)Santri PP.A lubangsa selatan siswa MA 1 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura

0 komentar:

Posting Komentar