Mengorek Interelasi Gay dibalik Tembok
pesantren
Oleh : moh shiddiq*)
Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara
manusia dan kamu meninggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhan untuk-mu,
bahkan kamu adalah orang yang melampaui batas.(QS. Asy-syu’ara : 165-166)
Ada sebuah sejarah lama yang nyaris terkubur,
yakni tradisi gay yang sempat menggerogoti jiwa kaum Nabi luth. Menghitung
secara tematik memang kaum nabi Luth hidup ribuan abad sebelum masehi, jauh
dari hiruk-pikuk modernitas yang super canggih. Namun kendati memasuki abad 21 tak seutuhnya peninggalan nabi Luth
sirna dimuka bumi. Sampai detik ini ada segelintir_bahkan lebih_manusia modern
memungut sebuah keganjilan tradisi yang diwarisi umat Nabi Luth. Perjuangan
untuk mengangkat harkat martabat kaum gay yang terkucilkan dalam tatanan
social, secara praktis melahirkan gerakan layaknya emansipasi wanita tahun
90-an hingga Negara maju melegal-formalkan perkawinan sesama jenis dikawasan
eropa.
Hal diatas sebenarnya adalah
segelintir bukti bahwa ruh dari akar gay masih tumbuh-berkembang dimuka bumi. Dalam
sudut pandang Agama, gay merupakan tindakan amat tercela yang dikutuk.
Entah itu perspektif Kristen(perjanjian lama) maupun Islam secara yuridis dalam
kitab Al-Qur’an. Kedua kitab ini merekam jejak sejarah yang dilakoni kaum Nabi
Luth di Negeri Gomorah dan Sodom, dimana mereka dikecam, dicaci. Bahkan
mendapatkan adzab pedih tiada tara. Jelas
Agama memaki mereka karena melakukan hubungan tak wajar yang melanggar hak
kesusilaan dan memotong regenerasi lahirnya anak adam.
Penulis sendiri merasakan
kebimbangan apakah hasrat mencintai lelaki
disebabkan pembawaan sejak lahir atau buatan sendiri. Dalam pada ini,
Prof. dr Rodolf Swither menyatakan bahwa secara psikologis pria yang menyukai
sesama jenis sebab ketidak-mampuan mereka dalam menerima perbedaan. Wajar bila
kemudian mereka menolak kehadiran perempuan disisinya yang dianggap berbeda dengan keadaan dirinya.
Namun pembahasan akan lebih menarik
jika dikaitkan dengan realitas pesantren yang secara eksplisit adalah lembaga
sacral dengan memantapkan pemahaman Agama terhadap santrinya. Mungkin hanya ada
beberapa tulisan yang mengupas sisi lain keunikan pesantren yang tertutup rapat
hingga saat ini. Sebab itulah penulis merasa tertarik untuk melakukan kajian
menarik berkenaan sisi nyleneh dari pesantren itu sendiri.
Hal pertama yang kita ketahui
bersama bahwa manusia merupakan makhluq berhasrat, manusia dilahirkan dengan
kesempurnaan. Dikatakan demikian karena adanya nafsu ammarah dan muthmainnah
yang terkandung didalamnya. Keadaan tarik-menarik ini menimbulkan kebimbangan
dalam setiap apa yang dilakukan. Sisi
lain manusia dilahirkan untuk berpasang-pasangan, ini memang fitrah yang tak
dapat ditolak apapun pangkat dan jabatan yang sedang diemban. Walau begitu
adapula kecenderungan psikologis yang berbeda, yang dalam trend umum dikenal
dengan istilah gay atau lesbian.
Diakui ataupun tidak, penulis cukup
lama mengenyam pendidikan dipesantren, tak ada salahnya bila mendokumentasikan
sedikit pengalaman unik yang sempat terlewati. Adapun kejadian ini adalah
istilah yang digunakan untuk menunjukkan prilaku suka sesama jenis. Di
pesantren kami istilah tersebut dikenal dengan Muye’.sementara di
PP.Al-Amien Prenduan disebut badi’(baca : bahasa arab).
Selama ini pesantren dikenal
sebagai tempat transformasi
*)Santri PP.A lubangsa selatan
siswa MA 1 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura
0 komentar:
Posting Komentar