Pages

Ads 468x60px

Minggu, 03 Februari 2013


Pendidikan dan keterbatasan Finansial Kelurga
Oleh : Moh Shiddiq
Saya adalah seorang anak yang dilahirkan dari rahim orang tak berpunya. Semua keinginan tidak akan mungkin secara langsung terpenuhi tanpa ada usaha nyata dari diri sendiri. Sejak kecil saya memang menuruti kemauan orang tua tercinta. Selepas dari pendidikan dasar saya belajar di Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Selatan. Segala sesuatunya ditempuh dengan ketabahan dan kesabaran hingga menginjak tahun yang keenam ini saya berkeinginan untuk keluar dari pendidikan pesantren. Hasrat yang justru menggebu adalah ingin mengenyam pendidikan negeri yang lebih berkualitas.
Menyongsong pendidikan sejak SMP dipesantren agaknya memang sedikit terlunta-lunta sebab saya tipikal orang yang nakal sekolah. Bahkan sekalipun saya mengenyam pendidikan setingkat SMA pun agaknya penyakit lama masih terus menerus kambuh. Wajar saat perekrutan siswa untuk mendapat beasiswa saya tidak terpilih diantaranya lima belas siswa dikelas.
Saya sempat agak kecewa karena saya tak terpilih sebagai siswa yang berhak mendapat bantuan beasiswa. Mau tidak mau, jika tidak berprestasi secara akademik maka bisa lewat jalur non-akademik dengan capian prestasi diluar kelas. Seperti juara dalam event Karya tulis ilmiah. Syukur, saya sejak Mts bergelut dengan dunia menulis dan sekarang saya dapat mengandalkan kemampuan  dalam hal tulis-menulis. Kendatipun juga belum tentu saya bisa menerima bidik misi dikampus yang saya minati.
Pada tanggal 3 februari ini menurut keterangan dari sekolah penyetoran berkas untuk siswa yang ingin daftar di jalur non-akademik akan segera ditutup. Sementara itu sebuah kegelisahan masih saja bergelayut dibenak ini. Sebab, sertifikat itu masih ada dirumah. Maka, saya mengejar usaha  dengan pulang kerumah meskipun hujan besar yang tak kepalang. Sampai dirumah saya dimarahi lagi karena dianggap mendadak padahal sebentar lagi saya akan diantarkan berkas-berkas yang dibutuhkan. Sebelumnya saya memang menginformasikan kepada kakak bahwa untuk mendaftar beasiswa ini  musti mengirimkan sertifikat hasil dari prestasi diluar formal itu. Saya mohon maaf kepada kakak karena saya lebih mendahului karena saya merasa berkas itu akan diantar besok pagi. Sementara akhir penyetoran itu nanti malam. Bukankah lebih baik ditindak lanjuti…mungkin yang membuat kakak miris sebab uang ojek yang terlalu mahal. Pada saat yang sama musim saat pancaroba, masa-masa sulit bagi seorang petani. Bayangkan, PP(pulang-pergi) dari pondok kerumah dikena ongkos 40,000. sebenarnya saya memilih ojek karena musim hujan sulit mendapat taksi. Jadi maafkanlah anakmu yang ceroboh ini.
Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk hambanya yang inigin menempuh ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi ini. Meskipun saya tak ditakdirkan mendapat beasiswa bidik misi saya akan mencari beasiswa lainnya. Tapi, harapan terbesarku tiada lain lulus UAN dan bidik misi sekaligus. Semoga tuhan mengabukan hajatku yang mulia ini.

0 komentar:

Posting Komentar