Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 02 Februari 2013


Maulid Dan Perpecahan Islam ; Dalam Diskusi Sore
Oleh “ moh Shiddiq
Impian paling didambakan umat beragama tiada lain adalah kebersatuan. Entah itu Islam, Kristen maupun Yahudi. Pada sisi bersamaan kenyataannya kebersatuan ini dapat menggalang secara massal untuk menolak sesuatu yang tidak diinginkan dalam kelompoknya, misal untuk menjaga dari terkaman musuh bebuyutan yang kapan saja dapat menghancurkan ketika lengah. Pada sisi lainnya kebersatuan juga membangun kesalehan sosial yang ideal dalam tata keberagamaan. Namun hal yang nampaknya menjadi cita-cita luhur dari pada ini adalah menjaga kemungkinan serangan dari kelompok lain yang dianggap sebagai musuh.
Guratan sejarah mencatat sedemikian cemerlangnya akan kemenangan tentara salib (Kristen) pada perang suci yang melibatkan Islam VS Kristen. Hal yang tak dapat dinafikan adalah pencapaian prestisius pasukan Salibis yang memenangkan pertarungan disebabkan kesatuan komando yang terancang apik. Ternyata, kebersatuan misi yang terbangun dibentuk didalam tembok Gereja tatkala ada momentum-momentum penting Kristen seperti Misa, Natal, Hari Kelahiran Yesus Kristus untuk melancarkan indoktrinasi Gereja yang mengedepankan insting kemenangan di medan perang. Terbukti, Tentara salib secara berantai membantai beribu-ribu korban jiwa umat Muslim.
Kekhawatiran muncul dalam benak Salahuddin Al- Ayyubi (dibarat dikenal dengan nama Saladin)  untuk membangkitkan Islam dari keterpurukan yang mendera sejak bertahun-tahun. Maka atas landas pikir jenius Salahuddin Al-Ayyubi mengajak umat Islam merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad (familiar dengan nama Maulid, Madura) dengan mengajarkan konsep jihad yang ada dalam ajaran Islam. Seraya pula pengadaan Maulid Nabi guna menjaga solidaritas antar pejuang Islam yang turun ke medan perang. Tak dapat dipungkiri taktik srategis ini mampu mengangkat kejiwaan pejuang Islam untuk memenangkan Perang Suci. Tepat pula Salahuddin menjadi pimpinan perang pada waktu itu. Alhasil, berkat seuntai pepujian terhadap Rasulullah menjadi motivasi kuat hingga pasukan Salahuddin mampu menguasai tanah Palestina dan berhasil menancapkan hegemoni politiknya. Pasukan Salib sendiri terlunta-lunta dan terusir dari tanah kekuasaannya.
                Pada arah perkembangannya kontroversi seputar Maulid Nabi menuai pro-kontra dan menjadi animo masyarakat Islam. Sebagian dari kalangan Radikal menurut mereka merayakan hari kelahiran Nabi menuntun ummat Islam terjebak pada bid’ah dan khurafat. Pada saat yang sama madzhab sunni mengetengahkan persoalan pada pembagian bid’ah kedalam dua varian,pertama,bid’ah hasanah, kedua,bid’ah sayyi’ah. Adapun ulama’ Islam meng-kategorikan Maulid dalam bid’ah hasanah. Kendatipun masih terdapat bantahan-bantahan tak berdasar dari pihak oposisi.
Ancaman kebersatuan Islam
Awal perayaan maulid adalah manuver terbentuknya soliditas antar lini didalam tubuh Islam. Justru fenomena yang terjadi permusuhan antar sekte-sekte didalamnya masih sedemikian kentalnya. Walaupun pada dasarnya perbedaan merupakan suatu keniscayaan yang tiada terbantahkan. Timbulnya beragam sekte-sekte yang pecah dalam Islam tertulis sejak wafatnya sang otoritas penegak Islam yakni Nabi Muhammad Saw. Maka hadir aliran Syia’h, Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah dan segalanya dari sempalan aliran Islam.
Geo-politik Timur tengah yang terjadi di Suriah adalah miniatur dari pertentangan sekte Islam yaitu antara Sunni dengan Syiah, dimana otoritas publik dikendalikan oleh pihak Syiah sebab presiden Suriah, Bashar Al-Assad  itu sendiri memang terlahir sebagai Syiah dengan khas kepemimpinannya yang otoriter dan mencekal aspirasi rakyat. Perlawanan sengit digulirkan dari rakyat berhaluan Sunni. Oleh sebab itu carut-marut politik Suriah memang kental pertarungan Sunni-Syiah. Tidak hanya itu, tragedi berdarah di Sampang antara aliran Sunni-Syiah merupakan segelintir bukti pertentangan primordial antar aliran dalam Islam.
Lalu bagaimana dengan Maulid Nabi ? adakah doktrin imajiner yang dapat mengupayakan persatuan itu ? sebenarnya perselihan ideologis yang terjadi didalamnya sudah mengindikasikan sulitnya menyatukan perbedaan yang membengkak ini. Sejatinya perayaan Maulid hanya disepakati oleh ajaran Ahlus Sunnah Wal Jamaah, lain dari itu menolak secara mentah karena perbedaan pemahaman berdasarkan interpretasi dogmatis.
Upaya nyata yang dapat dilakukan dalam rangka meminimalisir terjadinya silang-sengkarut tak berkesudahan ini adalah mencari akar persoalan dengan melakukan dialog secara kondusif. Barangkali dengan langkah demikian muncul perasaan saling memahami ditengah perbedaan yang tak dapat ditolak. Pada aras selanjutnya umat Islam mesti mengingat Sabda Nabi, ummatku tidak akan pernah tersesat apabila berpegang teguh terhadap Alqur’an dan Assunnah. Terakhir, perbincangan seputar keislaman disaat lemahnya kekuatan politik di dunia internasional,memang menuntut adanya pemersatuan politik Islam, ini lebih mengarah pada upaya penghancuran Islam dari jalur eksternal secara politis. Maka, semua sekte Islam mesti merapatkan barisan untuk menutupi celah yang tampak kentara sejak masa silam. Demikian adalah hasil dari diskusi Komunitas Nyantai Sore (KOMNAS) yang diadakan di Koperasi Mahasiswa(DLGD)
Moh Shiddiq.
Salah satu penggerak Komunitas Nyantai Sore, ia generasi Kedua, Kunjungi blog-nya di penyatuan-jiwa96.blogspot.com  




0 komentar:

Posting Komentar