Pages

Ads 468x60px

Senin, 18 Februari 2013

Meraba Denyut nadi Kehidupan


Meraba Denyut Nadi Kehidupan
Hidup dan kehidupan- merupakan dua term yang memiliki makna mengikat diantara yang satu dengan lainnya. Mustahil  akan ada hidup tanpa kehidupan, sebaliknya mustahal ada kehidupan tanpa tanpa ada hidup. Berawal dari manakah hidup ini, mulai kejadian hingga lengkapnya keindahan yang tiada terperi, akal kita barangkali belum menyentuh koridor pertanyaan filosofis tersebut. Kadang diantara kita melupakan pertanyaan yang belum mampu terjawab, yang itu terselip dilipatan kantong baju. Terkadang pula menganggap remeh temeh hidup yang diberikan oleh Tuhan.
Maka tatkala tiba titik jenuh menjalani getir-pahit hidup itu, baru kita menghidupkan pikiran untuk sejenak memikirkan arti hidup. Ada banyak penafsiran akan pengertian serta arti hidup itu sendiri, ada yang punya persepsi bahwa hidup hanya sekedar mengabdi dan menjalankan misi suci Tuhan. Ada pula yang berasumsi bahwa manusia di tuntut menikmati tiap detik dari tarikan napas, menikmati kelengkapan fasilitas alam yang super-lengkap secara eksploitatif.
Supaya lebih arif, mesti memasrahkan semua pengertian kepada tiap individu. Karena, mereka sendiri yang akan menikmati setiap apa yang dijalani. Cuma agak sedikit terhenyak jika menyaksikan banyak kaula santri yang menjalani hidup dengan sebatas hura-hura. Padahal masih ada banyak jalan yang bisa dimanfaatkan untuk menikmati hidup yang lebih menunjang terhadap mutu diri. Ada yang nongkrong berbasa-basi tentang cewek dan segala tetek bengek yang jauh dari nilai kebermanfatan dalam jangka panjang.
Entahlah bagaimana filosofi hidup yang dipegang oleh mereka yang belum memiliki kesadaran utuh dalam menyikapi kehidupan yang ritmis. Setidaknya, ini adalah pengantar dari persoalan santri yang belum mampu di pecahkan secara berkesinambungan. Maka, lebih menarik jika menyikut ungkapan Plato_hidup yang tak terpikirkan adalah hidup yang tak pantas dijalani_mampukah seorang pe-nongkrong itu memikirkan hakikat hidup ? semua ada pada titik kesadaran logistik yang dapat mereka pergunakan secara linear.
Manusia hidup dan menjalani kehidupan tanpa ada negosiasi dengan Tuhan. Secara tiba-tiba kita hadir dengan seonggok tulang dibalut daging_yang kemudian dinamakan manusia. Wajar kita belum mampu menyerap sebuah enigma hidup yang membingungkan, bukankah tuhan menggariskan dalam kitabnya bahwa manusia adalah khalifah fil ard dan itu ada indikasi manusia di harapkan membawa bumi pada taraf yang lebih baik. Lalu dengan nongkrong tak bermamfaatkah kita bisa membawa dunia pada arah yang lebih baik ?
Setidaknya, kita mencari laku yang dapat menunjang potensi khalifah yang di warisi Allah seperti membaca, berorganisasi dan paguyuban yang lebih membawa manfaat dalam mengembangkan skill untuk menikmati laju hidup yang panjang. Tentu di setiap sekon kita dapat meraba denyut nadi kehidupan bahwa hidup kita tidak dijalani dengan hambar. Misal dengan menulis yang menuntut untuk peka membaca realitas kehidupan yang di rasa timpang. Semoga teman-teman dapat menjaga timbul-tenggelamnya semangat dalam mengarungi keras sekaligus nikmatnya hidup. (*)  

Moh Shiddiq
Kunjungi blog-nya di penyatujiwa96.blogspot.com dan penyaturasa.blogspot.com
    Tak usah muluk-muluk dalam merangkai beragam cita-cita, kita hanya memungkinkan untuk berpikir tentang kemungkinan dalam hidup yang  kita jalani. Mungkin dapat kita sebut sebagai keajaiban ketika akal letih melakukan upaya rasional untuk memuluskan keinginan menjulang.


                                                                          

0 komentar:

Posting Komentar