Dunia Arsitektur Dan Tuhan
Oleh : Moh Shiddiq*)
Sejarah lama membukukan bahwa terbangunnya
ordo-ordo tua dengan khas yang sangat kental dengan arsitektur kebaratan adalah
bukti nyata akan adanya komunitas rahasia yang mengajarkan tentang hal yang berkenaan
langsung dengan “misteri”. Jika dikembalikan lagi pada momentum kebangkitan
eropa yakni dengan munculnya Amerika Serikat sebagai polisi dunia kenyataannya
tidak pernah lepas dengan permainan simbolik yang berpangkalkan akan megahnya
bangunan-bangunan tua.
Dalam novel Dan Brown, The
Lost Symbol nyata mengungkapkan demikian. Ordo-ordo yang berdiri ajeg di
Amerika berawal dari skenario Organisasi Freemason yang lari dari kejaran
Salahuddin Al- Ayyubi pada perang suci antara Islam dan Kristen di Jerussalem,
Palestina.
Dalam sebuah pengantar
tulisan Gerard de Nerval dikatakan bahwa ekspresi terbaik adalah bagi mereka
yang menjadi pekerja bangunan. Apabila jiwa mengekspresikan kekalutan maka yang
kan terjadi adalah pekerjaan buruk. Sebaliknya justru jika jiwa dalam keadaan
baik akan memberikan efek terbaik terhadap pencapaian-pencapaian prestisius apalagi
yang berkenaan lansung dengan sisi pembangunan gedung.
Iphho Santoso dalam
bukunya, Menguak Keajaiban Otak Kanan menandaskan bahwa otak kanan
adalah bertipikal intuitif dan imajinatif. Tentu implikasi logis dari kenyataan
yang ada otak kanan mengandalkan kreasi yang mampu menghasilkan karya
spektakuler. Lain halnya dengan otak kiri yang cenderung acakan dan
meng-kuantifikasi segala kepemilikan kosmik yang bertebaran di alam semesta
ini.
Tak terlalu berlebihan
jika kemudian ada pergulatan pemikiran filsafat idealisme yang dicetuskan oleh
Hegel bertentang-alot dengan filsafat materialis. Kecenderungan berpikir Hegel
lebih menitik-beratkan pada dunia idea yang bertipikal spiritual. Menurutnya,
kebebasan manusia berada pada roh absolut. Tentu, hasil akhir dari penarikan
pemikiran ini sedikit banyak berpijak pada akar deterministik. Sementara
pijakan materialisme lebih pada probabilitas materi. Kehidupan yang hakiki ada
di dunia materi.tapi, ketika ada peristiwa ganjil yang tidak dapat dijangkau
oleh akal bukan sebab ada penggerak diluar materi. Melainkan hanya saja
ketidak-mampuan akal dalam menangkap pesan materi itu.
Namun bagaimanapun,
ketika dunia menginjakkan kaki diabad millennium ketiga kesadaran beragama
mulai tumbuh secara perlahan disebabkan kegersangan nilai yang sedang dialami
oleh manusia. Benar apa yang telah diwartakan Hegel bahwa manusia selalu ingin
bebas. Tapi kebebasan manusia harus ada pada roh absolut. Tidak lebih. Tentu
pada tahap selanjutnya betapa pentingnya kehadiran ideologi keberagamaan dalam
memanifestasikan nilai-nilai yang seirama dengan inti berkehidupan yang lurus.
Robert Graves dalam An
Illustrated Guide to The Lost Symbol menandaskan bahwa Tuhan pun adalah
arsitektur professional. Dikatakan demikian karena Tuhan mampu
menghias-ciptakan dunia yang begitu indah selama enam (6) hari. Maka, wewenang Tuhan sebagai arsitektur dilimpahkan pada
entitas kemanusiaan, sesuai dengan Al-Quran sebagai khalifah al ard.
Tapi dengan apakah manusia dapat membangun ?
Perbincangan Malaikat
dengan Tuhan sebelum diciptakannya Nabi Adam ada semacam keraguan Malaikat
terhadap akuntabilitas manusia yang berperangai sebagai penghancur dan ahli
dalam menumpahkan darah kemanusiaan. Kenyataannya memang demikian, manusia
seringkali menghancurkan rumah kemanusiaan lainnya terwarisi sebagai karakter
utuhnya. Setidaknya, hal ini berkaca pada perjalanan sejarah yang sangat kental
akan pertentangan hingga menumpah-ruahkan darah kemanusiaan. Misal, tragedy
Holoucaust yang diprakarsai rezim Nazi dan peperangan antar saudara yang
terjadi diEropa merupakan bukuti nyata akan kekejaman manusia terhadap kemanusiaan.
Padahal Tuhan
menginginkan manusia agar saling berangkulan satu-sama lain. Apalagi manusia
sebagai wakil Tuhan dalam melestarikan semesta dari pertikaian-pertikaian
justru manusianya sendiri bukan menjadi pembangun melainkan sebagai penghancur
bagi keberlangsungan hidup yang sejahtera. Pada dasarnya manusia dituntut untuk
menjadi arsitektur dalam menyaingi kreativitas Tuhan yang tiada berhingga.namun
tampaknya amat sangat mustahil bagi manusia menjelma sebagai arsitek jika
menjauh dari ikatan tali keberagamaan Tuhan. Ironinya, banyak orang beragama
namun tidak menghayati makna keberagamaannya hingga pada gilirannya Agama mapan
secara formal di KTP. Semoga agama menjadi pembangun dengan penghayatannya yang
baik pula.(*)
Selasa 03 juli 2012

0 komentar:
Posting Komentar