Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 20 April 2013

Bruno Mars



Pemuda Dan Restorasi Politik Indonesia
(Membangkitkan Spirit Nasionalisme Pemuda Dalam Lintasan Sejarah)
Oleh : Moh Shiddiq
Perbincangan seputar politik memang tidak akan pernah ada habisnya. Politik memiliki daya tarik tersendiri dengan eksistensinya yang unik. Terlebih, bila dikaitkan dengan pemuda. Dalam lintasan perjalanan yang panjang, berdirinya Indonesia sebagai negara, bahkan pada masa kerajaan, tidak lepas dari pergulatan sejarah yang mereka lalui dengan “berdarah-darah”.
Kejayaan Majapahit tidak bisa menghitung jasa Hayam wuruk yang kala itu berusia 17 tahun. Suksesi kepemimpinan juga didukung oleh panglima perang kerajaan yaitu Mahapati Gajah Mada yang masih berusia muda. Darah muda yang mengalir di tubuh mereka mampu mengangkat kredibilitas kerajaan dan membawa pada taraf kemajuan. Terbukti, dengan munculnya sumpah palapa yang berisikan usaha menyatukan perpecahan di kawasan nusantara.
Sementara itu, pada hari minggu 20 Mei 1908 mulai tumbuh benih-benih kebangkitan bangsa yang kelak bernama Budi Utomo ; didalamnya adalah perkumpulan pemuda idealis yang memperjuangkan serta peduli terhadap nasib bangsa yang berada dalam jajahan Belanda. Mereka adalah keturunan bangsawan, bersekolah di kedokteran STOVIA Jakarta. Meskipun keturunan bangsawan yang diayomi oleh Belanda, mereka (pemuda,red) menyadari watak politik penghisapan yang dilancarkan Belanda itu sendiri.
Tidak cukup hanya itu, lepasnya Indonesia dari cengkraman imperialisme hingga dikumandangkannya kemerdekaan, tercatat sejak pembacaan proklamasi, lagi-lagi peran pemuda “merongrong” hegemoni tiranisme. Dalam hal ini, gerakan revolusi dibekingi oleh Soekarno, Hatta, dan sjahrir. Di lain pihak, politik tangan besi yang dipraktekkan rezim orde baru, mampu ditumpas habis oleh pergerakan mahasiswa  pada tahun 1998.   
Pada aras ini, pemuda merupakan manifesto heroik bagi kemajuan bangsa. Spirit pemuda mampu meluluh-lantakan tatanan yang sudah mapan. Wajar jika Agen of Change pantas disematkan pada pribadi pemuda. Tak ayal, Aziz Syamsuddin mengemukakan bahwa pemuda merupakan aset paling berharga dalam hidup berbangsa dan bernegara. Sebab,Kebangkitan dan kehancuran suatu bangsa bergantung pada pemudanya sendiri. Ketika suatu bangsa mengalami stagnasi kepemimpinan, maka pemuda menjadi harapan untuk menghancurkan kejumudan menuju arah perbaikan.
Sehingga tidak terlalu berlebihan kiranya jika Ben Anderson, Indonesianis terkemuka menyatakan bahwa bangsa Indonesia banyak berhutang kepada para pemudanya dan sejarah Indonesia adalah para pemuda.
Mengimpikan Peran Pemuda
            Menyadari carut marut panggung politik yang ditunggangi oleh oknum tak bertanggung jawab , peran pemuda sangat diharapkan mengisi setiap lini kepemerintahan. Sejatinya, politik tidak memandang usia muda maupun tua. Tatkala yang tua berpolitik dengan sifat kekanak-kanakan, yang muda diharapkan menujukkan elektabilitas serta akuntabilitas nilai politik, tidak mustahil jika kemudian politik kekanak-kanakan menjadi lebih dewasa.
            Tentu masih segar dalam ingatan kita, Presiden  Soekarno berujar “berikan aku sepuluh pemuda maka akan ku goncangkan dunia ”. dalam baris kalimat ini betapa pemuda membutuhkan peran dan motivasi guna mendukung hakikat kepemudaannya yang penuh gejolak. Karenanya, disini perlu adanya pembinaan secara berkesinambungan supaya menghasilkan bibit yang bisa diandalkan menuju masa depan perpolitikan Indonesia.
            Dekade ini,masyarakat mulai menaruh espektasi besar tehadap pemuda. Terbukti, sosok- sosok pemuda menjadi pemimpin di Jawa Barat (Aziz Syamsuddin, pemuda penggerak bangsa,). Sama halnya dengan di Madura, Bupati Makmun Ibnu Fuad sebagai Bupati Bangkalan memecahkan rekor sebagai pemimpin termuda diusia 29 tahun. Bahkan, sosok Joko widodo masuk kategori pemimpin muda gubernur DKI Jakarta.
            Secara hukum, Indonesia sebagai negara yang menganut paham demokrasi, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menjamin kemerdekaan setiap warga negara untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat sebagai bagian dari hak asasi manusia serta dalam rangka mewujudkan kehidupan kebangsaan yang kuat.
            Pengejawantahan hak-hak politik adalah setiap warga negara berhak membentuk, memelihara, dan mengembangkan hak-hak politiknya dengan organisasi sosial dan gerakan politik sebagai pilar demokrasi. Melalui organisasi sosial dan politik pemuda dapat mewujudkan haknya menyatakan masa depan berbangsa dn bernegara.
            Nah,setidaknya keikutsertaan pemuda dalam lembaga sosial atau politik dapat dijadikan sebagai wahana menempa jiwa kepemimpinannya. Misal, mengamati kenyataan pahit yang dialami oleh masyarakat kecil. Dengan mendekati masyarakat kecil juga untuk menempa emosi, supaya ketika memiliki kekuasaan menjauhi tindakan semena-mena yang merugikan pihak rakyat kecil.
Kurikulum Nasionalisme
            Secara definitif, nasionalisme dapat diartikan keteguhan jiwa memperjuangkan kepentingan bangsa. Mereka yang bekerja demi keagungan dan kedaulatan bangsa berarti berada digaris nasionalisme. Mereka mengabdi tanpa mengenal ruang dan waktu.
            Nasionalisme ibarat nyawa bagi sebuah bangsa. Apabila mulai luntur kesadaran nasionalisme maka ada indikasi akan hancurnya tatanan kebangsaan. Mengikisnya nasionalisme tercermin dari sikap apatisme aparat pemerintah terhadap kepentingan rakyat. Sebut saja, membudayakan perilaku koruptif. Ini merupakan miniatur pupusnya rasa nasionalisme dari hati penguasa.
            Dalam pada itu, Soekarno mengingatkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat pendahulunya. Mengingat serta mengenang masa dahulu merupakan langkah strategis untuk menguatkan semangat patriotisme. Lebih dari itu, memompa keadaan batin untuk memperjuangkan cita-cita kebangsaan.
            Oleh sebab itu, penting bagi partai politik untuk selektif dalam menerima konstituen dan anggota. Lebih penting dari itu kurikulum nasionalisme seharusnya menjadi materi pembelajaran wajib bagi partai politik untuk dijadikan acuan praktis. Jika memang begitu, bukanlah suatu hal yang mustahil partai politik yang kehilangan pamor karena basah kuyup dengan kasus korupsi untuk memperbaiki lembaga secara pelan-pelan. Kaderisasi pemuda melalui materi nasionalisme barangkali dapat membukakan diri untuk bangkit dari keterpurukan bangsa yang dihinggapi penyakit akut. Tentu pula, merasa perlu bagi gerakan-gerakan kepemudaan seperti GPI (Gerakan Pemuda Islam) dan gerakan Anshor memberikan asupan materi kesadaran nasionalisme.Sebab itulah, pemuda akan memiliki peran yang signifikan dalam pembangunan dan pembaharuan politik secara revolutif-anarkis.[]     

0 komentar:

Posting Komentar